webinvestasi

Rabu, 18 November 2009

Air Kelapa dalam Kultur Jaringan


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pohon kelapa dan buahnya mempunyai sejarah panjang di Indonesia, bahkan merupakan lambang atau pengenal kepulauan Indonesia. Yang menarik, dalam mitologi Hindu dan menurut Kitab Suci Weda, kelapa merupakan "pohon surgawi." Konon, Dewa Wisnu, membawa pohon kelapa sebagai sumber kesehatan, ketenangan, panjang usia, dan kedamaian. Pohon kelapa dianggap suci, dan berperan penting dalam semua upacara keagamaan. Dalam kehidupan sehari-hari, hampir semua bagian tanaman kelapa dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Salah satu produk dari kelapa adalah airnya, ternyata dalam larutannya, air buah nyiur ini punya khasiat dan nilai gizi yang luar biasa. Bukan hanya unsur makro berupa nitrogen dan karbon, tetapi juga unsur mikro yang sangat dibutuhkan tubuh ada di air kelapa. Unsur nitrogen di dalamnya berupa protein yang tersusun dari asam amino, seperti alanin, sistin, arginin, alin, dan serin.
Dibandingkan asam amino yang terdapat di susu sapi, asam amino yang terkandung dalam air kelapa ternyata lebih tinggi. Sementara unsur karbon dapat dijumpai dalam bentuk karbohidrat sederhana seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, sorbitol, inositol, dan lainnya. Begitu pula dengan unsur mikro dalam air kelapa berupa mineral yang dibutuhkan sebagai penganti ion tubuh. Layak memang, bila setelah minum kelapa muda tubuh kita terasa kembali segar.
Jika diteliti lebih jauh, air kelapa ternyata juga mengandung beragam vitamin. Di antaranya vitamin C yang dominan, asam nikotinat, asam folat, asam pantotenat, biotin, serta riboflavin. Tak heran jika air kelapa juga dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan tradisional dan media alternatif dalam bidang agroindustri.



1.2 Rumusan Masalah
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar 26 % telah dibudidayakan dan sisanya 74 % masih tumbuh liar di hutan-hutan. Dari tanaman yang dibudidayakan tersebut, selain tanaman pangan, perkebunan maupun sayuran, tanaman buah-buahan serta tanaman hias sudah lama dikembangkan.
Permintaan bunga hias di pasar dunia cenderung meningkat setiap tahunnya. Meskipun saat ini negara produsen sekaligus pengekspor bunga hias masih didominasi oleh Belanda yang terkenal dengan bunga tulipnya, pengembangan agribisnis tanaman bunga hias sudah tersebar ke berbagai negera di belahan dunia ini seperti Thailand, Singapura, India dan tentunya Indonesia. Seperti halnya negara-negara produsen bunga lainnya, Indonesia juga berpeluang besar dalam mengembangkan agribisnis subsketor tanaman hias baik untuk memenuhi permintaan dalam maupun luar negeri. Hal ini ditunjang dengan adanya kenyataan bahwa penggunaan bunga potong untuk berbagai keperluan dalam negeri mencapai 10,5 milyar per tahun. Bahkan, di masa mendatang diramalkan pertumbuhan tingkat permintaan bunga potong di Indonesia akan meningkat 10 % setiap tahunnya. Daya serap dan permintaan bunga potong paling potensial adalah masyarakat di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya , Malang Denpasar dan Medan.
Sudah bukan rahasia lagi bila bunga anggrek merupakan tanaman hias nomor satu yang tidak lekang oleh waktu dan banyak penggemarnya. Selain itu, keanekaragaman bentuk, warna dan ukuran dari yang memiliki bibir hitam sampai bergaris, dari yang berbau sampai yang tidak berbau. Itulah beberapa karakteristik anggrek yang menyebabkan orang jatuh cinta dan menjadi penggemarnya.
Di dalam pengembangan komoditi tanaman anggrek, terdapat kendala-kendala yang menghambat keberhasilan secara umum, antara lain: (1) ketersediaan teknologi yang diterima dan dilaksanakan oleh produsen terutama produsen kecil sangat terbatas. Untuk mendapatkan produk yang berkualitas harus terpenuhi teknologinya, yaitu mulai dari teknik budidaya seperti penggunaan benih yang sehat, penanaman, pemeliharaan, penanganan OPT sampai pasca panen. (2) Keterbatasan informasi pasar dan belum adanya kepastian harga (harga selalu berfluktuasi) terkadang meng-hambat perkem-bangan produksi dan luas areal. (3) Kurangnya modal yang tersedia serta perlu adanya pembinaan untuk lebih meningkatkan produksi sesuai dengan standar kualitas yang diinginkan pasar.
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menjamin suplai komoditi tanaman anggrek maka perlu dikembangkan sistem budidaya yang sehat sesuai agro ekosistem. Salahsatunya yaitu dengan memanfaatkan berbagai media alternatif yang dapat digunakan dalam mendukung suatu budidaya anggrek dengan modal yang relatif ringan.

1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan karya tulis ini adalah agar pembaca dapat menambah wawasan, memahami dan kompeten secara teori dengan praktek serta mampu menghimpun data mengenai suatu kajian pokok dalam bidang studinya.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan air kelapa sebagai zat yang dapat memacu pertumbuhan dan pembungaan anggrek secara invitro
1.3.3 Manfaat
Manfaat yang hendak dicapai dari penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang kultur jaringan tanaman;
2. Mampu menghasilkan ahli yang kompeten dalam mengaplikasikan teori kultur protoplas dan fusi protoplas;
3. Mendapatkan alternatif pemecahan masalah dalam persilangan somatik untuk berbagai tujuan yang dikehendaki.



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mengenal Buah Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera L.) tanaman serba guna yang seluruh bagian tanamannya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia. Bagian tanaman ini akan bernilai ekonomi tinggi setelah melalui suatu proses pengolahan yang baik. Umbut, dan tongkol bunga yang sangat muda dapat diolah sebagai sayur dan lalapan yang lezat; cairan hasil sadapan karangan bunga menghasilkan gula dan setelah mengkhamir menjadi arak/tuak dan cuka. Sirip daun dipakai untuk anyaman; lidinya untuk sapu; sabutnya untuk tali dan keset; tempurungnya digunakan untuk arang dan perabotan yang bernilai seni, demikian pula dengan batang kelapa yang juga dapat digunakan sebagai perabotan dan tiang rumah. Buah kelapa baik yang muda maupun tua juga sangat bermanfaat. Buah kelapa (putih lembaganya) yang tua selain untuk pelengkap masakan juga dijadikan kopra untuk diambil minyaknya. Kelapa yang muda sangat digemari oleh masyarakat sebagai minuman penyegar. Dengan manfaatnya yang beragam, maka kelapa termasuk tanaman perkebunan yang sangat potensial, terutama di Indonesia (Anonymous, 2007).





Gambar 2.1 pohon kelapa
2.2 Komposisi Air Kelapa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa air kelapa kaya akan potasium (kalium) hingga 17 %. Selain kaya mineral, air kelapa juga mengandung gula antara 1,7 sampai 2,6 % dan protein 0,07 hingga 0,55 %. Mineral lainnya antara lain natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P) dan sulfur (S). Disamping kaya mineral, air kelapa juga mengandung berbagai macam vitamin seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, asam folat, niacin, riboflavin, dan thiamin. Terdapat pula 2 hormon alami yaitu auksin dan sitokinin sebagai pendukung pembelahan sel embrio kelapa.







Gambar 2.2 Tabel Kandungan Gizi Air Kelapa

Dibandingkan asam amino yang terdapat di susu sapi, asam amino yang terkandung dalam air kelapa ternyata lebih tinggi. Sementara unsur karbon dapat dijumpai dalam bentuk karbohidrat sederhana seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, sorbitol, inositol, dan lainnya.

2.3 Manfaat Air Kelapa
Air kelapa memiliki manfaat yang sangat banyak sekali. Dalam kehidupan sehari-hari air kelapa digunakan dalam berbagai keperluan. Beberapa pemanfaatan air kelapa diantaranya :
2.3.1 Air Kelapa Sebagai Bahan Pembuatan Minuman
Air kelapa merupakan produk sampingan yang jika diolah dengan baik masih dapat memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Air kelapa selain dapat diminum segar (kelapa muda), juga dapat diolah sebagai bahan baku industri yang menghasilkan berbagai produk minuman ringan, alkohol, sirup, asam cuka, nata de coco, kecap dan bahan pencampur. Selain di Indonesia, di beberapa negara seperti di Filipina, air kelapa juga dimanfaatkan untuk proses pembuatan minuman, jelly, alkohol, dektran, cuka, dan nata de coco
2.3.2 Air Kelapa Sebagai Bahan Obat Alamiah
Beberapa pemanfaatan air kelapa sebagai bahan obat alamiah diantaranya :
1. Air kelapa berkhasiat sebagai diuretik, yaitu untuk memperlancar pengeluaran air seni. Air kelapa muda dicampur dengan sedikit sari jeruk sitrun bermanfaat untuk mengatasi dehidrasi, juga untuk memerangi gangguan cacing dalam perut anak-anak kecil.
2. Jika air kelapa muda yang dicampur dengan susu amat baik untuk makanan anak. Campuran air kelapa muda tersebut mempunyai khasiat untuk mencegah penggumpalan susu dalam perut, muntah, sembelit, dan sakit pencernaan.
3. Air kelapa juga mempunyai bermacam-macam khasiat sebagai obat. Di antaranya, minum air kelapa muda juga dapat membantu mengatasi pengaruh racun obat sulfa dan antibiotika lain, sehingga menjadikan obat-obat itu lebih cepat diserap darah.
4. Mencuci muka dengan air kelapa secara kontinu tiap hari dapat menyembuhkan atau melenyapkan jerawat, noda-noda hitam, kerutan pada wajah yang datang lebih dini, kulit mengering, dan wajah menjadi tampak berseri.
5. Campurlah air kelapa dengan sedikit madu. Ramuan ini merupakan tonikum yang murah tetapi berkhasiat. Ramuan ini merangsang pusat-pusat seksual tubuh dan meniadakan akibat buruk gairah seksual berlebih.
6. Jerawat membandel dapat diobati dengan campuran 25 gram pasta kunyit dengan segelas air kelapa, lalu dibiarkan selama semalam suntuk, kemudian tambahkan 3 sendok teh bubuk cendana merah. Aduk-aduklah semua bahan tersebut sampai rata, kemudian disimpan lagi tanpa terganggu selama 3 hari. Saringlah ramuan tadi dengan tiga lapis kain kasa. Simpan sari tadi dalam botol, dan oleskan pada muka dua kali sehari hingga jerawat lenyap.
7. Air kelapa juga berkhasiat sebagai obat luka, telapak kaki pecah-pecah, dan eksim. Membuat ramuannya relatif mudah. Rendamlah segenggam beras dalam air kelapa muda bersama tempurungnya sampai beras terasa asam karena peragian, kemudian beras digiling menjadi bubuk halus. Tepung beras tersebut digunakan dengan dioleskan setiap hari selama 3-4 hari pada bagian tubuh yang sakit.
8. Jika air kelapa muda dicampur dengan sejumput bubuk kunyit dan air kapur sirih dalam ukuran sama merupakan obat luka bakar dan meniadakan rasa panas pada telapak kaki dan tangan.
2.3.3 Air Kelapa Sebagai Palabilitas Untuk Ternak
Pendayagunaan air kelapa sebagai penambah palabilitas (daya suka) ternak selain meningkatkan daya guna dan hasil guna air kelapa sekaligus meningkatkan produksi ternak dan pendapatan petani. Kandungan karbohidrat yang tinggi pada air kelapa merupakan sumber suplemen pakan ternak yang potensial. Hasil Penelitian (Ngangi S., 1975) menunjukan bahwa pemberian air kelapa (75 % dari jumlah kebutuhan air minumnya) pada pakan ternak dapat menaikkan tingkat konsumsi makanan yang pada akhirnya akan menaikkan berat badan ternak. Rasa manis dari air kelapa dapat menambah palabilitas (daya suka) dari ternak terhadap ransum yang diberikan. Selain berpengaruh terhadap penambahan berat badan ternak, penambahan air kelapa dalam air minum dan pakan ternak memberikan manfaat, yaitu mencegah devisiensi vitamin terutama vitamin C.




Gambar 2..3 pemanfaatan air kelapa untuk minum ternak




BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu Kegiatan Penulisan
Kegiatan penyusunan karya tulis ilmiah berlangsung sejak awal semester 6 hingaa akhir semester 6 yang terhitung mulai bulan Juli 2009 sampai dengan bulan Oktober 2009.

3.2 Metode Kegiatan Penulisan
Kegiatan penyusunan karya tulis ilmiah ini dilakukan dengan menggunakan metode studi pustaka dari berbagai buku yang berkaitan dengan topik yang hendak disampaikan. Disamping itu browsing dari beberapa situs internet juga dilakukan sebagai tambahan informasi yang dituangkan kedalam isi karya tulis ilmiah.












BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kultur Jaringan Pada Anggrek
Teknik kultur jaringan dapat untuk memperbanyak tanaman anggrek secara cepat. Apabila kita mempunyai anggrek yang bunganya bagus tetapi jumlahnya sedikit, maka kita dapat mengambil beberapa tunasnya untuk diperbanyak. Dengan menggunakan hormon yang tepat, tunas tersebut dapat digandakan. Disamping itu, apabila kita telah mendapatkan buah anggrek hasil silangan di kebun, buah yang berisi puluhan embrio didalamnya dapat kita tumbuhkan dengan kultur jaringan. Embrio atau biji-biji dalam buah itu apabila ditebar langsung diatas pot tidak akan tumbuh atau sulit sekali utnuk tumbuh. Di tempat asalnya (di hutan) mungkin anggrek tersebut dapat tumbuh, tetapi itupun kemungkinannya kecil sekali. Tetapi melalui kultur jaringan dengan media yang kita buat sendiri biji-biji tersebut dapat ditumbuhkan. Untuk melihat kapan buah anggrek siap dipetik dan telah siap untuk ditanam dalam media kultur dapat dilihat dari lamanya masa pemasakan.

Tabel 4.1 Lamanya masak buah berbagai anggrek
Nama Anggrek Masak Buah ( Bulan ) Buah Dapat Dipetik dan Biji Dapat Ditabur ( Bulan )
Dendrobium sp. 4 3
Phalaenopsis sp. 4 3
Vanda sp. 8 6
Catleya sp. 9 -10 7 - 8
Sumber: Livy Winata, 1987

Beberapa tahapan kegiatan dalam kultur jaringan ini secara umum adalah:
1. Penyiapan Media Kultur
Media merupakan salah satu faktor utama penentu keberhasilan suatu kultur jaringan. Berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dijulturkan. Contohnya, komposisi Knudson C (1946), Heller (1953), Nitsch (1972), Gamborg dkk. B5 (1976), Lismaier dan Skoog-LS (1965), Murashige dan Skoog-MS (1962), serta woody plant medium-WPM (Llyod dan McCown, 1980). Media kultur tersebut fisiknya bisa berbentuk cair atau padat. Media berbentuk padat menggunakan pemadat media, seperti agar-agar atau gelrite. Komponen media kultur yang lengkap sebagai berikut :
a. Air Distilasi (aquades) atau air bebas ion sebagai pelarut atau solven.
b. Unsur Hara makro dan mikro.
c. Gula (umumnya sukrosa) sebagai sumber energi.
d. Vitamin, asam amino dan bahan organik lain.
e. Zat pengatur tumbuh.
f. Suplemen berupa bahn-bahan alami, jika diperlukan.
g. Agar-agar atau gelrite sebagai pemadat.
Media tumbuh yang biasanya digunakan untuk kultur jaringan pada anggrek adalah media Knudson C dan Vacin and Went. Sedangkan zat-zat tambahan yang sering dipakai untuk jenis anggrek tertentu kerapkali menentukan keberhasilan penaburan biji.

Tabel 4.2 zat tambahan pada medium biji anggrek
Jenis Anggrek Zat Tambahan
Anggrek umum Air kelapa 150 ml/liter
Dendrobium sp. Pisang ambon 150 g/liter
Catleya sp. Pisang ambon 150 g/liter
Paphiopedilum sp. Pisang ambon 150 g/liter
Vanda sp. Polongan kapri/tauge 150 g/liter
Phalaenopsis sp. Charcool aktif 1 sendok makan/liter
Sumber: Livy Winata, 1987



2. Pemilihan Dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan
Sebelum melakukan kultur jaringan untuk suatu tanaman, kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah memilih tanaman induk yang hendak diperbanyak. Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya, serta harus sehat dan bebas dari hama penyakit. Kegiatan berikutnya adalah mempersiapkan dan mengkondisikan tanaman induk sedemikian rupa agar eksplan yang digunakan tumbuh baik pada waktu dikulturkan secara in vitro. Pentingnya lingkungan tanaman induk yang lebih higienis untuk mendapatkan eksplan yang lebih berkualitas dan lebih bersih telah terbukti pada pembiakkan in vitro berbagai tanaman tropis termasuk anggrek.
3. Inisiasi Kultur ( Culture Establishment )
Tujuan utama tahap ini adalah mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Untuk mendapatkan kultur yang bersih dari kontaminasi, eksplan harus disterilisasi. Sterilisasi merupakan upaya untuk menghilangkan kontaminan mikroorganisme yang menempel dipermukaan eksplan. Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk mensterilkan eksplan adalah NaOCl, CaOCl2, etanol, dan HgCl2. Penggunaan eksplan yang tepat merupakan hal penting yang juga harus diperhatikan pada tahap ini. Bagian tanaman yang dijadikan sebagai eksplan, umur fisiologis dan ontogenik tanaman induk, serta ukuran eksplan merupakan faktor penting dalam tahapan ini.
4. Multipikasi Atau Perbanyakan Propagul
Pada prinsipnya tahap ini bertujuan utnuk menggandaka propagul atau bahan tanaman yang diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam kondisi tertentu sehingga sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya. Pada tahap ini perbanyakka tunas dirangsang, umumnya dengan mendorong percabangan tunas lateral atau merangsang pembentukkan tunas adventif. Kondisi ini memerlukan sitokinin seperti BA, 2-IP, Kinetin, atau thidiazuron. Cara pemakaiannya, eksplan yang hidup dan tidak terkontaminasi dari tahap inisiasi kultur dipindahkan atau disubkulturkan ke media yang mengandung sitokinin. Propagul yang dihasilkan dalam jumlah berlipat disubkulturkan secara berulang-ulang sampai dicapai jumlah yang diinginkan. Setelah itu, tunas mikro yang dihasilkan dapat diakarkan dan diaklimatisasi.
5. Pemanjangan Tunas, Induksi, dan Perkembangan Akar
Tunas-tunas yang dihasilkan pada tahap multipikasi dipindahkan ke media lain utnuk pemanjangan tunas. Media untuk pemanjangan tunas mengandung sitokinin sagat rendah atau tanpa sitokinin. Tunas tersebut dapat dipindah secara individu atau berkelompok. Pemanjangan tunas secara berkelompok lebih ekonomis daripada secara individu. Setelah tumbuh cukup panjang, tunas tersebut dapat diakarkan. Pemanjangan tunas dan pengakarannya dapat dilakukan sekaligus secara bertahap, yaitu setelah diakarkan baru dipanjangkan.
6. Aklimatisasi Planlet ke Lingkungan Luar
Pada tahap ini, planlet atau tunas mikro dipindahkan ke lingkungan di luar botol seperti rumah kaca, rumah plastik, atau screenhouse (rumah kaca kedap serangga). Proses ini disebut aklimatisasi, yaitu pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika pengakaran dilakukan secara ex vitro) di lingkungan baru yang septik diluar botol, dengan media tanah sehingga planlet dapat bertahan dan terus tumbuh menjadi biit yang siap ditanam di lapang. Tahap ini merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro dirumah kaca, rumah plastik, rumah bibit, dan lapangan sangat jauh berbeda dengan kondisi iklim mikro didalam botol. Kondisi di luar botol berkelembapan nisbi jauh lebih rendah, tidak aseptik dan tingkat intensitas cahayanya jauh lebih tinggi daripada kondisi di dalam botol. Planlet atau tunas mikro lebih bersifat heterotrofik karena sudah terbiasa tumbuh dalam kondisi berkelembapan sangat tinggi, aseptik, serta suplai hara mineral dan sumber enrgi yang berkecukupan.

4.2 Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan menunjukkan pertambahan ukuran dan berat kering yang tidak dapat balik yang mencerminkan pertambahan protoplasma mungkin karena ukuran dan jumlahnya bertambah. Pertambahan protoplasma melalui reaksi dimana air, C02, dan garam-garaman organik dirubah menjadi bahan hidup yang mencakup; pembentukan karbohidrat (proses tbtosintesis), pengisapan dan gerakan air dan hara (proses absorbs dan translokasi), penyusunan perombakan protein dan lemak dari elemen C dari persenyawaan organik (proses metabolisme) dan tenaga kimia yang dibutuhkan didapat dari respirasi.
Perkembangan mencakup diferensiasi sel dan ditunjukkan oleh perubahan yang lebih tinggi menyangkut spesialisasi anatomi dan fisiologi. Perkembangan dari tanaman bersel banyak, terlaksana dengan proses mitosis, sel-sel tertentu berperan dalam mengatur diferensiasi, pengaturan ini berlangsung dengan media "utusan kimia" yang ditunjukkan oleh pengatur pertumbuhan. Beberapa pengatur tumbuh yang sangat berpengaruh dalam perkembangan anggrek secara kultur jaringan ini adalah :
1. Auxin merupakan salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan (growth and development) suatu tanaman. Hasil penemuan Kogl dan Konstermans (1934) dan Thymann (1935) mengemukakan bahwa Indole Acetic Acid (IAA) adalah suatu auxin. Dari hasil studi tentang pengaruh auxin terhadap perkembangan sel, menunjukan bahwa terdapat indikasi yaitu auxin dapat menaikan tekanan osmotik, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding sel, meningkatkan sintesis protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel. Dalam hubungannya dengan permeabilitas sel, kehadiran auxin meningkatkan difusi masuknya air ke dalam sel. Hal ini ditunjang oleh pendapat Cleland dan Brustrom (1961) bahwa auxin mendukung peningkatan permeabilitas masuknya air ke dalam sel.
2. Cytokinin merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang ditemukan pada tanaman. Zat pengatur tumbuh ini mempunyai peranan dalam proses pembelahan sel (cell division). Cytokinin pertama kali ditemukan dalam kultur jaringan di Laboratories of Skoog and Strong University of Wisconsin. Material yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah batang tembakau yang ditumbuhkan pada medium sintesis. Menurut Miller et al (1955, 1956), senyawa yang aktif adalah kinetin (6-furfuryl amino purine). Hasil penelitian menunjukan bahwa purine adenin sangat efektif. Penelitian pertumbuhan pith tissue culture dengan menggunakan cytokinin dan auxin dalam berbagai perbandingan telah dilakukan oleh Weier et al (1974). Dihasilkan bahwa apabila dalam perbandingan cytokinin lebih besar dari auxin, maka hal ini akan memperlihatkan stimulasi pertumbuhan tunas dan daun. Sebaliknya apabila cytokinin lebih rendah dari auxin, maka ini akan mengakibatkan stimulasi pada pertumbuhan akar. Sedangkan apabila perbandingan cytokinin dan auxin berimbang, maka pertumbuhan tunas, daun dan akar akan berimbang pula. Tetapi apabila konsentrasi cytokinin itu sedang dan konsentrasi auxin rendah, maka keadaan pertumbuhan tobacco pith culture tersebut akan berbentuk callus. Sedangkan dalam pembelahan sel, dikemukakan bahwa IAA dan kinetin, apabila digunakan secara tersendiri akan menstimulasi sintesis DNA dalam tobacco pith culture. Dan menurut ahli tsb, kehadiran IAA dan kinetin ini diperlukan dalam proses mitosis walaupun IAA lebih dominan pada fase tersebut.
3. Gibberellin adalah jenis hormon tumbuh yang mula-mula diketemukan di Jepang oleh Kurosawa pada tahun 1926. Penelitian lanjutan dilakukan oleh Yabuta dan Hayashi (1939). Ia dapat mengisolasi crystalline material yang dapat menstimulasi pertumbuhan pada akar kecambah. Dalam tahun 1951, Stodola dkk melakukan penelitian terhadap substansi ini dan menghasilkan "Gibberelline A" dan "Gibberelline X". adapun hasil penelitian lanjutannya menghasilkan GA1, GA2, dan GA3. Gibberellin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh pada sifat genetik (genetic dwarfism), pembuangan, penyinaran, partohenocarpy, mobilisasi karbohidrat selama perkecambahan (germination) dan aspek fisiologi kainnya. Gibberelline mempunyai peranan dalam mendukung perpanjangan sel (cell elongation), aktivitas kambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein.


4.3 Fungsi Air Kelapa Sebagai Pemacu Pertumbuhan dan Pembungaan Anggrek Secara In Vitro
Di dalam medium dasar untuk induksi kalus sering ditambahkan air kelapa. Komponen DNA-RNA seperti adenin, timin, guanin dan lain sebagainya. Air kelapa mengandung komponen aktif, misalnya mio-inositol, leukoantosianin dan sitokinin. Penambahan air kelapa dan mio-inositol dalam medium Murashige dan Skoog yang mengandung 3 mg dari 2,4-D akan merangsang pembentukan kalus saccharum. Sedangkan jaringan korteks dan parenkim daun akan mudah tumbuh dalam medium yang diperkaya dengan vitamin, air kelapa dan ekstark yeast.
Di dalam air kelapa terkandung Diphenil urea yang mempunyai aktivitas seperti sitokinin, yaitu mempunyai aktivitas pembelahan sel. Sebab, air kelapa adalah endosperm cair yang terbentuk setelah terjadi pembuahan atau peleburan diri antara inti sperma dengan inti sel telur, sehingga menghasilkan sebuah zygot atau embrio yang kelak akan menjadi tanaman baru. Zygot ini biasanya akan beristirahat dulu selam beberapa waktu. Selanjutnya terjadi penggabungan antara inti sperma yang lain dengan inti polar sehingga akan terjadi endosperm (endospermium). Endosperm ini mengandung zat makanan dan segera setelah endosperm terbentuk, maka inti endosperm akan membelah diri berulang kali dengan cepat sehingga endosperm dapat menjadi bertambah besar.
Pertumbuhan embrio dalam biji pada permulaanya berjalan dengan sangat lamban. Tetapi, setelah embrio itu dapat menyerap zat makanan yang tertimbun di dalam endosperm, maka pertumbuhannya akan betambah makin cepat. Pada beberapa jenis tumbuh-tumbuhan dapat disaksikan bahwa makin banyak embrio tersebut menyerap zat makanan, akan makin besar ukurannya dan makin kecil endospermnya. Pengambilan zat makanan oleh embrio dari endosperm dapat dimulai pada waktu masih kecil atau masih muda. Pada buah kelapa, perubahan endosperm pinggir menjadi daging buah, sedangkan bagian tengahnya menjadi air kelapa. Endosperm kelapa ini sangat kaya akan makanan, maka jika air kelapa tersebut ditambahkan dalam media kultur jaringan, eksplan yang kita tanam dapat tumbuh dengan baik. Air kelapa yang baik digunakan adalah buah kelapa yang daging buahnya tidak terlalu lunak, tetapi juga belum terlalu keras (umur 210-240 hari).
Hormon tumbuh seperti sitokinin, walaupun dengan konsentrasi rendah, dapat mengatur proses fisiologi tumbuhan. Hal ini disebabkan oleh hormon yang mempengaruhi asam nukleat sehingga langsung mempengaruhi sintesa protein dan mengatur aktivitas enzim.
Aspek sitokinin pada proses diferensiasi berpengaruh terhadap pembelaha sel dan induksi organ serta perkembangannya. Sitokinin yang berbeda-beda akan memberikan respon yang berbeda-beda pula. Misalnya, kinetin 1 mg/l akan lebih cocok untuk pembentukkan kalus hipokotil kapas, sedangkan BAP 1 mg/l lebih cocok utnuk sub-kultur kalus.
Sitokinin bersama-sama dengan auksin memberikan pengaruh interaksi terhadap deferensiasi jaringan. Pada pemberian kadar auksin yang relatif tinggi, deferensiasi kalus cenderung kearah pembentukkan primordia akar. Sedangkan pada pemberian sitokinin yang relatif tinggi deferensiasi kalus cenderung kearah pembentukkan primordia batang atau tunas. Sebagian besar spesies tananman menunjukkan reaksi keseimbangan antara auksin dan sitokinin. Kombinasi antara auksin dan sitokinin dapat memberikan respon yang berbeda-beda, tergantung dari spesies, macam organ, umur, dan konsentrasi dari hormon tumbuh itu sendiri. Dengan demikian utnuk induksi kalus, kinetin dapat ditambahkan bersama-sama dengan auksin, misalnya IAA, NAA, IBA, atau 2,4-D. namun, sudah banyak percobaan yang membuktikan bahwa untuk menumbuhkan kalus dapat pula ditambah dengan air kelapa saja tanpa penambahan zat pengatur tumbuh lainnya, sebab air kelapa sudah mengandung sitokinin. Konsentrasi air kelapa yang biasa dipakai untuk medium kultur jaringan adalah antara 10 % - 15 % liter atau setara dengan 100 – 150 ml/liter, dapat juga sampai 200 ml/liter. Ada juga yang senang menggunakan air kelapa sebagai hormon dengan menambahkan zat pengatur tumbuh kinetin. Namun, dosis kinetin yang dinerikan tidak boleh terlalu besar tetapi cukup 1 mg/liter saja. Sebab, bila sudah diberi air kelapa, tanpa pemberian kinetin sudah sangat berpengaruh terhadap pembelahan sel.
Embrio dan buah muda merupakan sumber utama sitokinin. Letham (1964) berhasil mengisolasi sitokinin dari biji jagung manis, yang kemudian disebut sebagai zeatin. Dalam budidaya jaringan, sitokinin terbukti dapat memacu deferensiasi tunas. Tunas dapat tumbuh dari jaringan kalus, daun, akar, potongan batang atau kotiledon. Dari hasil suatu percobaan terbukti bahwa 75 % spesies tanaman membentuk tunas jika menggunakan kinetin atau benzilaminopurin dengan konsentrasi antara 0,5 – 46 µM. pada spesies graminae membutuhkan sitokinin lebih sedikit untuk pembentukkan tunas daripada spsies yang lain.
















BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Air kelapa dapat digunakan sebagai zat yang dapat memacu pertumbuhan serta pembungaan anggrek yang dikembangkan secara kultur jaringan. Hal ini bisa terjadi karena air kelapa memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro didalamnya. air kelapa kaya akan potasium (kalium) hingga 17 %. Selain kaya mineral, air kelapa juga mengandung gula antara 1,7 sampai 2,6 % dan protein 0,07 hingga 0,55 %. Mineral lainnya antara lain natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P) dan sulfur (S). Disamping kaya mineral, air kelapa juga mengandung berbagai macam vitamin seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, asam folat, niacin, riboflavin, dan thiamin. Terdapat pula 2 hormon alami yaitu auksin dan sitokinin sebagai pendukung pembelahan sel embrio kelapa.

4.2 Saran
Penggunaan bahan-bahan alternatif termasuk pemanfaatan air kelapa seyogianya lebih dioptimalkan untuk meningkatkan produksi tanaman hias terutama anggrek di Indonesia secara kultur jaringan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Free Blog Templates

Powered By Blogger

Easy Blog Trick

Powered By Blogger

Blog Tutorial

Powered By Blogger

© 3 Columns Newspaper Copyright by alfaqirilallah | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks